MATA HATI


                                                                                      

  Aku dari tulang dan ruhku

Merayap dalam kabut awan tak berhingga

Gelap sekujur  demi mata berpaling dengan ruh pelarian

Kedap dari tebing memaku ku dalam batas tak bertuan

Melati  kemarin di hati tersapu pucuk menggulung lenyap wangi

 Laguku parau diurai buih pengharapan

Adakah hayal tersisa

Mungkin, tasbih ini membantu

Alunkan musik kalbu

Hayal takkan mengikis cadas kembali halus

Tepinya meruncing dipukulpun semakin runcing

Menyamak kulit dalam kerut menua.

Aku dan ruhku

Menari dalam kabut gelap hingga lepas

 Perlahan, nampak jiwa halusku goyah terhempas dalam fana kemunafikan

 Cinta ini begitu kuat merangkai tulang pewujud ruh

 Jari lentik meremas manis  dan menakar darah jadi dua cawan

 Haruskah ruh meneguk darah ini

Aku dengan tulangku meniti rangkai tak bertepi

Hingga rongga semakin menganga.

Tertatih  ku untai dalam ikatan kasih yang mulai menipis

Hadap irama indah menyulam nada yang hampir hilang

Zaman mulai menggila saat lambai angin menyingkap tanah kering berdebu

Mengabur senyum manis anak bathinku.

Lihat dan ingat janjimu “ruh tak kan pergi tanpa tulang

 

Salam Literasi

#100katabercerita #30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallege

#WarisanAISEI #pendidikbercerita

#Day23AISEIWritingChallege

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer