MERAIH MIMPI KE JAKARTA

 


Pagi itu terasa berbeda. Udara melintas seakan nampak butiran – butiran halus campurannya. Belum lagi kita berada dalam satu ruangan tertutup. Hanya ada cahaya lampu pengganti matahari. Dalam sebuah penantian yang memicu adrenalin, ku coba menenangkan diri dengan menikmati udara Hotel Duta Jakarta tempat aku dan timku menginap.

Ah….kalau tidak karena kelor dan bakteri, tentunya aku dan lima orang siswaku tidak akan tahu Jakarta. Kiranya hari ini kenangan itu terulang lagi, karena ada foto yang diingatkan FB. Akhirnya muncul ide untuk menuliskan untuk meramaikan bolog aleniaku. Ini tidak lain karena teman-teman yang selalui menginspirasi. Terutama Bu Kanjeng yang luarbiasa. “Salam hormat Bunda.”

Kisahku ke Jakarta bersama lima orang siswa, karena sebuah keisenganku bersama siswa  kelompok KIR untuk bermimpi. Itu terjadi pada tahu 2017. Juklak Lomba dari kemdikbud ku dapat dari TU saat menjelang  liburan akhir semester. Persisnya bulan Mei 2017

Setelah membaca tema yang di tawarkan dalam ajang LPSN (Lomba Peneliti Sains Nasional). Aku mulai sibuk memburu ide. Hi..hi.hi….kayak pemburu memang. Selesai mengerjakan tugas rumah tangga, aku selalu tenggelam bersama mbah google. Kadang sampai lupa jika hari sudah sore. Anakku sering bertanya. “ Bu..jadi guru harus sibuk baca ya?”

“Tidak jadi Gurupun , harus selalu membaca ya nak.” Jawabku singkat. Entah dia paham atau tidak. Aku hanya tersenyum saja.

Jatuh cintaku muncul pada kelor dan buah pinang. “Inilah bahan eksekusiku.” Rencana ini ku simpan dalam hati. Kuramu lagi biar pas. Setelah sreg, ku kirim ideku lewat WA. “ jawabannya ibu tunggu, ya…” Pesanku diakhirnya.

Begitu ajaran baru, kita mulai bertemu dengan siswa anggota KIR di sekolah. Ku sampaikan Juklak lomba dan ide ke mereka. Ke esokan harinya tak disangka mereka penuh antusias menungguku di depan ruang guru. Kaget juga, tumben mereka semangat begini. Setelah basa-basi, mereka ku ajak ke lab biologi untuk merumuskan konsep penelitiannya.

Teringat jelas, kita mulai bermain dengan kelor dan buah pinang mulai bulan mei sampai dengan 15 September. Group KIR ku bagi menjadi dua kelompok. Bersama tim, aku sering pulang terlalu sore. Berenam terkadang di sekolah menjadi penutup pintu gerbang. Akhirnya tulisan rampung sebelum deatline. Dengan penuh harapan ku sampaikan mimpi ke Jakarta bersama mereka. Nampak wajah mereka berseri, seakan terbawa mimpi dari anganku.

Akhirnya waktu yang ditunggu datang. Pengumumanpun tiba. Dengan bersorak kita membaca hasil pengumumannya. Terimakasih Tuhan. Akhirnya Kelor dalam Budidaya Jamur dan Buah Pinang sebagai pertolongan pertama obat gigi berlubang, lolos menjadi finalis LPSN tahun 2017. Dengan senyum sumbringah, aku bergegas ke ruangan kepala sekolah. Ku tunjukkan hasil pengumumannya.

Masalah muncul karena sekolah tidak menganggarkan dana lomaba sampai ke nasional. Selama seminggu aku galau bersama siswaku. Tuhan maha tahu kesulitanku bersama siswaku. Tak disangka guru SMP Saraswati (yang menjadi finalis juga), menghubungin SMPN 1 Negara. Bilau menawarkan diri untuk membantu masalah berangkat. Dari pemesanan tiket dan menunggu di hotel yang di tuju. Kusampaikan ke orang tua siswa , tak disngka merekapun setuju dengan ide yang ku tawarkan. Akhirnya kita berangkat dengan biaya sendiri ke Jakarta. Dan tiba di hotel Duta dengan selamat.

Pengalaman yang luarbiasa saat itu takkan pernah terlupakan. Bermodal semangat akhirnya tim KIR Spentura berhasil merangkai butir-butir embun di Hotel Duta menjadi prestasi. Dengan medali perunggu di tangan, kitapun kembali ke Bali bersama rombongan lainnya. Terimakasih anak-anakku. Kalian Hebat. Tetaplah Meneliti dan menulis. Karena kalian aku jadi tahu Jakarta.

Salam literasi.

#100katabercerita #30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallege

#WarisanAISEI #pendidikbercerita

#Day7AISEIWritingChallege

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer