HAMPA DAN HARAPAN
Tarik
dahan, seiring angin. Bertiup meliuk dalam gelombang. Terjerat seekor burung. Yang
tertinggal jauh dari kawanan.
Malampun
tiba. Dalam alam yang hampa, karena tak tahu sekeliling. Nampak helaian daun
menari-nari, dengan arahan angin malam yang dingin. Sunyi dengan rasa bertabur
gemuruh, dari retak tanah. Oleh panas perut bumi yang tertahan.
Hujan
sehari takkan mampu meredam rasa. Walau mentari mulai tersenyum dalam bayangan
angin pagi. Pertiwi ini masih terasa
pahit, asin, manis, dan hambar. Tak perlu ditutup lagi. Biarlah apa yang
terjadi. Seperti roda yang berputar dalam lingkaran. Juring-juring yang sama, tetap
akan nampak warna yang berbeda. Dari jauh sekalipun. Walau kau katakan “ Tidak”.
Lambat laun, burung ini akan mati rasa. Oleh gelombang hampa dan debu penutup tubuh dalam senja. Itu pikiranku.
Entahlah…..burung
itu tetap dalam diam. Menatap dahan yang mulai kering. Berharap tetesan hujan
pada kuncup, jadi pelindungnya kelak. Hingga tumbuh sayap beru untuk terbang,
kembali kesarang.
Adakah
sinar jadi penerangnya???...........
Kau
takkan pernah memahaminya. Termasuk diriku sendiri. Perlahan, burung itu mulai
mengepakkan sayap. Satu – satu dengan pasti mengikuti derit angin diantara
dahan sebagai penunjuk arah.
Salam
literasi
#100katabercerita #30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallege
#WarisanAISEI
#pendidikbercerita
#Day13AISEIWritingChallege
Kau takkan pernah memahaminya.
BalasHapusTepat!
Terbanglah wahai burung, dengan sayapmu yg baru, menyongsong harapan baru.
BalasHapusPilihan kata-katanya yg luar biasa
BalasHapus