KESERUAN GURU DALAM PENILAIAN DARING
Setelah
tiga bulan kegiatan belajar mengajar (KBM), tibalah saatnya guru bersiap
melaporkan hasil kegiatan belajar siswa ke orang tua. Begitupula dengan kita di
SMP Negeri 1 Negara. Semenjak pagi setelah pembersihan lingkungan, guru-guru
tampak asyik di depan laptopnya. Rata-rata sibuk mengamati angka-angka yang
tersimpan dalam google drive.
Beruntung
cuaca hari ini bersahabat. Kalau hujan, nambah lagi masalahnya. Mengapa? Biasa koneksi menjadi buruk. Bersama teman
seruangan, aku amati satu persatu nilai perolehan yang tersimpan. Kelas demi
kelas ku bandingkan. He he he…..bersyukur hanya mengajar lima kelas. Jadi tidak
begitu ribet. Betapa kagetnya aku. Ternyata ada nilai seorang siswa yang
melebihi nilai siswa yang berprestasi. Ini di luar prediksiku. “ Kq ..bisa ya?”
gumamku. Ya … bisa saja. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar daring.
Keraguan
muncul dengan nilai perolehan, karena aku tidak dapt melihat langsung,
bagaimana keseharian siswa yang bersangkutan dalam proses belajar. Tetapi
sebagai guru dalam kondisi begini, aku sadar tidaklah baik langsung menjasmen.
Ini hanya nilai, bagaimana proses perolehannya tergantung dari usaha siswanya. Kalau
mereka memiliki perangkat lengkap dan akses internet yang bagus. Terlebih ada
yang mendampingi saat belajar maupun mengerjakan tugas. Tentu hasilnya akan
sangat bagus.
Berbeda
dengan siswa yang terbiasa berkompetinsi dalam olimpiade. Kecendrungan anaknya
mandiri dalam menjawab soal. Tidak ingin perolehannya mendapat bantuan. Yaaa…kemungkinan
lebih kecil perolehannya.
Ternyata
oh..ternyata. Penilaian dan penentuan angka raport daring menjadi masalah
serius bagi guru. Terlebi wali kelas, mereka menjadi sangat sibuk bersama guru
BK, dan Kesiswaan. Siswa yang masih bolong tugasnya, di telpon bahkan dicari ke
rumahnya. Terkadang ada yang sampai dijemput untuk datang ke sekolah. Untuk
bisa mendapatkan materi pelajaran dan tugas yang harus dikerjakan. Benar luarbiasa
kerjaan guru dimasa pandemi ini. Tapi…..masyarakat
ada saja yang mengeluh dengan pekerjaan guru. Biarkan mereka berceloteh, anggap
itu bagian dari lagu yang harus kita
dengar, walau mengiris kalbu. Seperti untaian puisi yang putus cinta.
Bercermin,
dari berbagai masalah yang terjadi diantara siswa saat belajar daring.
Penilaian dan pemberian angka raport tetap akan menjadi problema, karena tidak
akan mungkin memenuhi prinsip keadilan (equity) dan inklusivitas (inclusivity)
siswa. Yang terpenting kita sebagai guru sudah berbuat. Adil tidaknya hanya
siswalah yang menilai.
Salam
literasi
#100katabercerita
#30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallege
#WarisanAISEI
#pendidikbercerita
#Day9AISEIWritingChallege
Belum jelas ceritanya, hasil gede pakai bentuk soal Piihan Ganda,kah?
BalasHapusHeheheh
Mungkin itu ya pak. Kelupaan. Xixixi
HapusSemua ada hikmahnya, kita menjadi bagian sejarah saat terjadi wabah, Daring dalam jaringan, semua dilakukan daring
BalasHapusTurut menjadi warna dlm sejarah ya pak
HapusPenilaian dengan apapun caranya, serta alat ukurnya. Tetap ukuran guru menjadi patokan dasar, akhirnya.
BalasHapusYa, begitu lah
HapusPasti tdk mudah ya dlm mengevaluasi murid karena keterbatasan ini, tdk bs berinteraksi langsung... Tetap semangat dengan apa yang ada ya Mba... Pasti bisa!
BalasHapusTerimakasih dik Dea cantik
Hapus