GROWTH MINDSET DALAM MENINGKATKAN POTENSI PESERTA DIDIK
Tidak
penting bagian sungai mana yang kau selami. Yang penting adalah apakah kau bisa
menyelam. Masa depan berasal dari keputusan yang kau ambil hari ini.
Sebagai
guru, kalimat diatas menjadi renungan untuk kita . Apalagi dalam situasi yang
sangat unik ditengah pandemi covid-19 , hal ini tentu berpengaruh terhadap
dunia pendidikan. Pembelajaran yang semula di kelas berubah menjadi di dunia
maya dengan mengandalkan teknologi. Kemajuan teknologi di dunia pendidikan
menimbulkan kecemasan kelak menumbuhkan peserta didik yang apatis dan egois.
Kenyataan ini menjadi tantangan bagi guru untuk meningkatkan kemampuan agar
dapat membelajarkan dan mengajarkan kerumitan masalah yang akan peserta didik hadapi
di masa depan. Sebagai guru inspiratif
tentu dapat meyakinkan peserta didik, bahwa di dalam proses belajar sangat
penting menumbuhkan ketekunan, kerja keras, kecerdasan, keterampilan, kerjasama
dan berkompetisi.
Dalam
kehidupan masyarakat sering terjadi pandangan yang keliru tentang pentingnya
pendidikan. Orang tua cendrung memaksa anaknya untuk menguasai satu bidang yang
tidak sesuai dengan kecerdasan anak yang bersangkutan. Mereka lupa bahwa setiap
anak memiliki potensinya masing-masing. Sifatnya abstrak dan perlu sentuhan
motivasi dari seorang guru untuk mengubah mindsetnya. Seorang guru inspiratif
akan mampu mengenali potensi yang dimiliki peserta didiknya.
Terkadang
ada peserta didik sukses dalam belajar di kelas tetapi tidak memiliki keberanian
berkompetisi di luar. Ini menjadi tugas seorang guru untuk menanamkan
pemahaman. Kompetisi bukanlah harus menjadi juara. Kompetisi tidak lain suatu
aktifitas yang menjadikan anak didik untuk mengenal dunia luar, melatih
kepercayaan diri, mengukur kemampuan dan belajar menerima kekalahan atas
kemenangan orang lain. Karena itulah peserta didik memerlukan sentuhan guru untuk
menemukan potensi dirinya. Guru akan mengasah kemampuan mereka sesuai dengan
potensinya, dengan demikian niscaya akan menghasilkan prestasi yang luar biasa
untuk kemajuan sekolah.
Kompetisi
yang sesuai dengan potensi peserta didik serta dilakukan tanpa tekanan dengan
hasil yang harus maksimal, tentu akan membawa hasil yang sangat memuaskan.
Peserta didik akan memiliki jiwa besar dengan berani mengakui kelebihan lawan,
menghargai kerja keras orang lain, tidak sombong dan tidak melakukan kecurangan
demi sebuah prestasi. Dalam kondisi ini seorang peserta didik telah mengalami
growth mindset kompetisi.
Mindset
dapat mengkondisikan, mempengaruhi, dan mendorong seseorang untuk berprestasi
tinggi . Menurut David Mac Clalend sebagaimana yang disarikan Nelson (2020). Ada tujuh ciri utama pribadi
yang berprestasi tinggi yaitu: Pertama, dapat memanfaatkan waktu. Kedua,
menyukai pekerjaan yang serba mungkin. Ketiga, menyukai tantangan. Keempat
hidup sesuai dengan realita. Kelima,berorientasi pada sukses. Keenam, selalu
belajar dari pengalaman. Ketujuh, suka bekerja dalam team work. Jadi betapa
pentingnya mindest dalam kultur sekolah.
Faktor
yang tak kalah penting dalam meningkatkan kemampuan kompetisi peserta didik
adalah kreatifitas guru dalam mensinergikan kecerdasan intelegensi (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Serta dengan
memperkaya ilmu pengetahuan dan mampu menerapkannya bersama peserta didik dalam
proses pembelajarannya, tentu telah menjadikan seorang guru berada pada
pemikiran yang berkembang ( growth mindset). Ini menjadi modal utama seorang
guru dalam mengahadapi perubahan.
Dengan
demikian guru yang menginspirasi adalah mereka yang mampu mengembangkan pola
pikir kompetisi peserta didiknya. Untuk
berprestasi dan menjadi profesi di masa depan sekaligus membawa perubahan
kehidupan menjadi lebih baik.
Salam
Literasi
Ni
Kade Yuliani, S.Pd
#AISEI#Lomba
BlogAISEI#KomunitasPendidikIndonesia
Profill
Penulis
Ni
Kade Yuliani lahir pada 20 Juli 1973. Di sebuah desa pemasok sayuran yaitu
Baturiti Kabupaten Tabanan. Karena kepindahan orang tua menjcari nafkah, jadi
masa kecil dan sekolah dari TK sampai dengan SMA di habiskan di kota Negara,
kabupaten Jembrana. Dapat menikmati bangku kuliah merupakan impiannya. Berkat
kasih Tuhan, akhirnya dapat melanjutkan kuliah penddidikan keguruan di STKIP
Singaraja. Sekarang bernama Universitas Pendidikan Ganesa. Dengan mengambil jurusan
MIPA , program studi Biologi. Tamat kuiah tahun 1998 dan diangkat menjadi guru
PNS pada tahu 1999 di SMPN 5 Negara. Kemudian pindah ke SMPN 1 Negara pada
tahun 2007. Selama menjadi guru, waktu lebih banyak digunakan untuk membina
siswa dalam kegiatan lomba akademik maupun non akademik bersama rekan – rekan
guru lainnya. Moto hidup, cukup hidup agar berguna untuk orang lain terutama
keluarga dan peserta didik. Mulai suka menulis dari semenjeak SMA setelah
bergabung dengan kelompok sastra Jembrana pada tahun itu. Tetapi karena
keterbatasan sarana, karya tidak teedokumentasi dengan baik, akhirnya
kehilangan jejak. Mulai ingin menulis lagi setelah bergabung dengan group AISEI
Writing Online 2.
Keren sekali Bu Yuli.... Multiple Intelligence akan melahirkan masa depan siswa kita yg bervariatif
BalasHapusTerimakasih jegeg
HapusSubhanallah. Inspiratif sekali
BalasHapusTerimakasih bunda cantik. Msh belajar
HapusSemangat ya bun.
BalasHapusTulisannya keren, tertata bahasanya👍🏻
Terimakasih cantik
HapusMantap bu tulisan artikel pavorit
BalasHapus