PISANG BARLIN NASIB MU KINI
Sore ini cuaca
tidak bersahabat. Sedari pagi gerimis hujan membasahi kota kecilku. Udara dingin
tak menyurutkan para pedagang kaki lima menjejerkan dagangannya dengan beralas plastik
lusuh. Pandanganku terperanjat pada nenek tua di pojok dinding toko. Sambil manggut-manggut
menanahn kantuk , beliau menunggu pembeli datang.
“ Permisi Bu.” Aku
mendekati sang nenek.
Si Nenek
terkaget, dan langsung tersenyum. Sambil menunjuk Pisang Barlin dagangannya.
“ 100 biji,
bayar Rp 10.000,- aja ya.” Kata nenek itu
Ha… kenapa murah
banget. Tanpa menawar lagi, akhirnya ku bayar sesuai permintaan nenek si
pedagang. Selesai berberes rumah, sambil menonton tv pikiranku terus terbawa si
Pisang Barlin. Harganya murah banget. Di pasar segitu, di petani mungkin lebih
murah. O..o..o …nasib petani pisang di masa pandemi.
Terbayang saat
bulan-bulan sebelumnya, harga Pisang Barlin nan mungil. Jika hari raya umat Hindu,
wah….selangit . bisa seribu, dua ribu per bijinya. Petani pun dapat mengandalkan
si Pisang Barlin untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tapi sekarang…yah..begitulah
di dunia pasar. Pasokan banyak tentu mempengaruhi harga, ditahan juga tak
mungkin karena pisang cepat busuk. Mau tidak mau petani menyerah.
Fenomena ini
memerlukan sentuhan mereka yang kreatif dan inovatif dalam agrobisnis. Kejelian
membaca peluang pasar juga diperlukan seorang petani. Apa daya mungkin karena
pengalaman sebelumnya harga pisang begitu menjanjikan, sehingga para petani berbondong-bondong
menanam Pisang Barlin. Andai ada penggerak petani yang bersedia menularkan ilmu
kreatifnya untuk mengolah hasil panen mereka, tentu nasib si Pisang Barlin
tidak begini. Ya..ini tinggal andai. Entah kapan terjawab, karena cuaca juga
sekarang kurang bersahabat aku pun tak bisa sekreatif tagihan di benakku,
xixixixi…..sementara aku hanya mampu termenung dan mencari informasi manfaat si
Pisang Barlin.
Menurut informasi
dari Mbah Google. Ternyata Pisang Barlin kaya akan serat, baik untuk
melancarkan pencernaan serta dapat meredam produksi asam lambung yang berlebih.
Benar-benar simungil yang kaya nutrisi. Sayang sekali entah kenapa perutku
kurang bersahabat dengan mengkonsumsi buah pisang. Kalau olahan pisang perutku
doyan, he ..he…he..
Salam literasi
#Day23JanAISEIWritingChallange
40 hari berbuah, ya?
BalasHapusSetelah batangnya besar pak ya. Terimakasih sdh berkenan membaca
HapusKalau di Purwakarta disebutnya pisang muli ( sebutan orang Sunda). Saya suka sekali.
BalasHapusDi Kalsel sebutannya Pisang Mahuli.
BalasHapus