BUAH HUTAN
BUAH HUTAN
Keadaan
masih gelap, si Jago ayam jantan kakek pun belum berkokok. Si mbah sudah
selesai menanak nasi. Aroma wangi nasi pulen mengepul dari kukusannya. Ah…….mbah
menggangu tidur aja, lagian ini hari masih terasa dingin. Ayu menarik
selimutnya lagi. Ayu dan si mbah memang senang tidur di dapur dibanding di
kamar. Akan terasa lebih hangat tidur di dapur, kan dekat dengan tungku yang
selalu menyala arang kayu kopinya.
Tiba
– tiba…… Kukuruyuk………bek….bek….bek….betok…!!!!!!!” .suara si ayam betina dari
timur dapur. Suaranya sangat keras, mengagetkan Ayu. Dia pun meloncat dari bale
– bale. Dilipatnya selimut dan dengan
sedikit mengendap Ayu melangkah menuju jeding di luar dapur. Angin pagi begitu
dingin, dikucek kedua matanya sambil membasuh dengan secanting air gentong.
“Uh…….dinginnya….!”
suara Ayu gemetaran menahan dingin.
“
Pantesan si mbah nggak punya kulkas, sebegini dinginnya disini.” Gerutunya
dalam hati. Dengan cepat Ayu berlari mendekati tungku untuk menghangatkan
tubuh.
“
He…he…he…ini minum satu sendok aja, biar terasa hangat dada mu.” Si mbah menyodorkan
gelas berisi kopi hangat. Membuat Ayu tercengang. Toh dia nurut aja. Di seruputnya
satu sendok kopi buatan si mbah.
“
Ah….pahit…! Ayu mencoba merasakan, alisnya agak naik. Kemudian dia tersenyum.
“
Benar mabah…rasanya agak pahit, lama-lama ada rasa manis dan terasa hangat.” Senyum
Ayu sambil menyogok kayu kopi ke dalam tungku.
“
Mbah …..hari ini jadi ke kebun yang dipinggir hutan?” tanya Ayu memecah sunyi. Karena
dia melihat si mbah sibuk membungkus bekal.
“
Bagaimana mau ikut yu….? Jauh lho… kuat nggak jalan 5 kilo meter. Seringai si
mbah seolah meledek sambil mengasah arit
pisau panjang khusus untuk memotong rumput. Ayu pun tersipu malu.
Setelah
sarapan Ayu ikut berangkat dengan si
mbah. Dengan handuk melingkar di pinggang dia berjalan beriringan dengan si
mbah. Sepanjang jalan yang dilihat hanya semak – semak diantara pohon cengkeh. Benar
saja desa si mbah di kenal sebagai penghasil cengkeh di samping kopi. Bunga
kopi yang saat itu mulai bermekaran membuat suasana perjalanan menjadi harum
seakan disambut bidadari yang turun dari khayangan.
“
Ha……upps….mbah ini buah apa?” tiba-tiba Ayu melompat kea rah semak dekat pagar
kebun entah siapa. Sontak membuat si mbah berbalik dengan jinjingannya yang
lumayan berat.
“
O….. ini buah gunggung, yu… cobain ya.” sahut si mbah sambil memetiknya dan
menyodorkan satu buah berwarna merah ranum ke arahnya.
“
Wow……! Manis….!” Teriaknya. Sambil
melanjutkan perjalanan. Matan Ayu jelalatan kea rah semak-semak yang di
laluinya. Dia berharap menemui buah gunggung lagi. Bener saja di sepanjang
jalan ada saja diantara semak si merah yang manis itu. Tangan Ayu yang mungil
sibuk memeti buah – buah merah itu. Si mbah dengan sabar ikut membantunya.
Jadilah kantong baju ayu penuh dengan buah gunggung.Tak terasa tempat tujuanpun
telah di depan mata.
Dibukanya
pintu pagar kebun yang terbuat dari bambu. Ayu berlari menuju pondok. Dia ingin
melihat ayunan yang dulu dibuat kakek untuknya. Dengan sigap dia langsung main
ayunan.
“
He…taruh dulu itu buah….nanti bajumu merah!” si mbah mengingatkn. Ayu pun turun
dari ayunan. Dia sibuk mengeluarkan si gunggung buah merah yang mirip stroberry
itu. Melihat bentuknya yang menarik Ayu menjadi sibuk memakannya.
“
ini buah bentuknya imut, warnanya cantik. Di kota kq nggak ada yang jual ya mbah?”
Ayu terus mengunyah buah itu.
“
ini buah hanya ada di gunung yu, hanya inilah camilan anak desa, yah… berbagi
dengan burung – burung.” Kata si mbah sambil mengenakan baju kebesarannya untuk
memetik buah kopi atau cabe gunung yang tumbuh diantaranya.
“
Ha…. Jadi ini makanan burung? …..enak kali.” Gumam Ayu sendirian. Ternyata si
mbah sudah turun kelembah melakukan targetnya hari itu. Tinggallah Ayu di gubuk
di temani ayam-ayam dan buah gunggungnya. Buah hutan yang terasa manis dan
menyegarkan. Buah baru yang di kenal Ayu membuat hatinya senang menikmati perjalanannya
ke kebun. Dan membuatnya bersemangat membantu si mbah memetik buah cabe gunung
yang tumbuh di smamping gubuk bambu. Tangan mungilnya sibuk dan lincah
mengumpulkan butiran-butiran cabe gunung yang mungil di keranjang. Terbayang
cabe itu nanti di tukar si mbah dengan bahan dapur di warung. Har-hari yang
menyenangkan buat Ayu selama liburan.
Salam
literasi
#thepowerofkepepet
#pikir15menit
#nulis15menit
#kasihsayang
#Feb16AISEIWritingChallenge
Aku sering makan dulu ketika ke kebun.. .Wahhhh kerennnn
BalasHapusApa buah gubggung ya
BalasHapus