PEREMPUAN RAMBUT CEPAK

 


PEREMPUAN RAMBUT CEPAK

 oleh kade yuli

Angin mendesir menyibak semua tirai mengalunkan lagu yang membuat roma kuduk agak merinding. Ya……cuaca hari itu dingin dan gelap. Langkah ku percepat menembus lorong yang diapit rak – rak buku berdebu. Takut  lebih banyak menghantuiku saat itu , ditambah lagi dengan suara langkahku yang menggema dalam ruang yang begitu aneh ku lihat saat itu. Ku langkahkan kaki terus kedepan tanpa berani menoleh, berusaha untuk segera menuju pintu yang nampak terbuka di depan mata. Dan akhirnya…. Sampai juga, walau dengan napas yang tersengal – sengal. Ku bungkukkan sedikit punggungku demi mendapatkan kembali napasku yang terasa tertinggal. Sungguh rumah yang aneh, tak berpenghuni tapi banyak sekali buku – buku di rak terpajang. Tanyaku begitu berat hingga membuat kepala terasa pusing.

Tak sengaja tanganku gemetar dan meraba gagang pintu. Tiba-tiba membanting tubuhku ke seberang . entah bagaimana sampai disebuah bangunan kecil penuh dengan aneka perhiasan. Rasa bingung menyelimuti benakku. Berusaha menatap sekeliling.

“ Permisi ….apa ada orang?” suaraku keluar menghalau sunyi. Sambil melangkah melihat barang yang terpajang. Akhirnya diatas rak ku temukan koper kecil berwarna hitam terbuka. Aku mencoba mengamati isinya. Ternyata penuh dengan perhiasan. Ku bolak – balik itu perhiasan, saking banyaknya bingung mau pilih yang mana. Ada satu yang menarik perhatian gelang dengan permata giok.

“ Kamu suka nak?”  tiba-tiba ada suara memecah sunyi. Aku pun berpaling kea rah suara. Nampak seorang ibu tua yang sangat kurus dengan rambut cepak. Sepertinya aku pernah lihat ini perempuan. Tapi bingung dimana?

“ Iiiiiiya Bu.” Jawabku sedikit gugup. Sambil menunjuk gelang dari koper itu. Perempuan itu tidak beranjak dari tempatnya. Dia seakan tak mau memperlihatkan seluruh tubuhnya. Yang ku lihat hanya sepruh dari dada sampai kepala. Akhirnya aku mendekati rak di depan perempuan itu. Ku sodorkan gelang giok itu. Dengan perasaan cemas, kalau-kalu harganya mahal karena aku tak membawa uang sepeserpun saat itu. Tapi aku sudah lancing mengacak-acak dagangannya.

“ ini bukan emas!” jawab perempuan itu denga menyeringaiku. Perempuan itu tetap tak beranjak dari tempatnya. Diapun melambaikan tangannya, entah apa maksudnya. Yang  nampak ahanya gumpalan asap hitam meluncur ke genggamannya. Lalu di pijat-pijat tangannya.  Melihat itu aku mundur selangkah, takut jika dia melempar itu asap kewajahku.

Perempuan aneh. Dia nampak berbicara dengan siapa tak nampak ada orang di sebelahnya. Lagi di kepal – kepalkannya tangannya. Lalu di pukulkan ke tembok di belakangnya. Dan nampak muncul bungkusan kain hitan dari kepalan perempuan itu.

“ Sebaiknya kamu ambil ini aja, sudah pilih saja yang kamu suka.” Perempuan itu menyodorkan bungkusan kecil berwarna hitam kearah ku. Detak jantungku tak karuan. Tiba –tiba bungkusan itu sudah terbuka di tanganku. Kulihat ada permata berbentuk biji mentimun tapi kecil-kecil sperti kerikil, bersinar dengan warna hijau giok, hijau lumut dan biru tua indah.

“ Aneh….kenapa dia tahu aku suka yang ukuran kecil dan aku juga tidak punya uang untuk membayar.” Gumamku dalam hati. Ku palingkan ajah keperempuan tua itu yang nampak menggapai langit-langit sambil komat – kamit.

“ Sudah bawa saja, aku tak perlu uang!” suara perempuan itu seakan membentak diriku. Aku menjadi bingung dan nampak cahaya dalam ruangan itu menjadi pudar , dan semakin pudar. Tubuhku terasa begitu ringan, hingga melayang terhempas keluar.

“ Bruk….!” Kakiku membanting diantara bantal dan kasur tempat tidur hingga membuat kaget suamiku yang berbaring disebelahku. Ku tarik napas pelan-pelan. Ku lihat waktu di Hp saat itu pukul dua belas malam. Masih gelap. Dadaku terasa sedikit berat seakan kelelahan telah berjalan sangat jauh. Tapi aku bingung mencari permata yang ditangan. Akhirnya ku sadar itu hanya mimpi. Sebaiknya kulanjutkan tidurku berharap bertemu perempuan itu lagi.

 

Salam literasi

#thepowerofkepepet

#pikir15menit

#nulis15menit

#kasihsayang

#Feb24AISEIWritingChallenge

 


Komentar

Postingan Populer