GURU DI KELAS ONLINE

                                                                    


                                                            Guru di  kelas online

Hampir setiap hari aku selalu mengakhiri pembelajaran di kelas online dengan menanpilkan nama peserta didik serta link tugas yang belum terpenuhi. Satu- satu di runut angka – angka yang muncul dalam respon. Tetap saja ada nama yang tercecer. Kenyataan ini tak bisa dihindari, jika ditelusuri pasti akan menghasilkan jawaban yang klise. Tidak ada paket, masalah gangguan internet sampai tidak ada biaya untuk pulsa. Sebagai guru dimasa pandemi mewajibkan kita untuk selalu mampu menghela napas panjang.

Ketimpangan hasil belajar pun nampak jelas, bagi peserta didik yang memiliki fasilitas tentu memiliki nilai yang sesuai harapan. Berbanding terbalik dengan mereka yang keterbatasan fasilitas. Terlebih dengan mereka yang berada pada daerah pedesaan. Ironisnya ada segelintir orang tua yang terlalu mempercayaakan kegiatan belajar putra-putrinya dengan kelengkapan fasilitas tanpa diimbangi dengan pengawasan. Ini lebih menjadi ancaman tersendiri bagi kedeisiplinan dan tanggung jawab peserta didik terhadap proses belajarnya. Alih – alih mereka belajar tetapi malah terjerumus pada keasyikan dunianya sendiri dalam permainan gyme oline yang menjamur.

Tantangan dunia pendidikan di era revolusi 4.0 adalah seorang pendidik atau guru harus mampu mengubah mindset siswa dari memanfaatkan menjadi mampu menciptakan. Ini tentu menjadi tugas yang teramat berat bagi guru, terlebih dimasa pandemic Covid-19. Seorang guru harus mampu memecahkan segala permasalahan yang dihadapi seorang siswanya.

Mengacu dari harapan dunia pendidikan dengan kenyataan lapangan yang dialami guru, tentu menimbulkan benang kusut yang harus dicari simpulnya. Sebagai guru dituntut memiliki berbagai trik untuk dapat mengungkap akar permasalahan diantara siswa terutama atas kesiapannya di kelas online. Semua harus berpulang dari guru karena tidak mungkin serta merta kita mengatakan siswa sebagai sumber masalah. Dengan kata lain guru dituntut untuk kreatif dan peduli.

Guru yang kreatif akan mampu menyelesaiakan akar permasalahan secara holistic. Serta akan mampu menawarkan pembelajaran yang membuat peserta didik mahir berkolaborasi, komunikatif, dan inovatif. Model pembelajaran yang mampu menjawab tantangan seperti ini adalah blended learning.

Model pembelajaran Blended learning  menuntut merupakan model pembelajaran kombinasi antara tatap muka dengan pembelajaran daring yang menekankan pada penggunaan kemajuan teknologi sebagai alat bantu proses pembelajaran.

Keberhasilan sekolah didalam mengkondidikan kesusuksesan belajar peserta didik juga tidak lepas dari kesiapan kurikulum di sekolah setempat. Bagaimanapun proses keseriusan belajar suatu sekolah tetap berakar pokok dari kurikulum sekolah itu sendiri. Dan yang terpenting keberhasilan peserta didik tidak bisa hanya dilihat dari nilai hasil perolehan secara online. Karena dalam penilaian seperti ini guru tidak mampu mengukur nilai kejujuran dan kreatifitas peserta didik.


Salam literasi

#thepowerofkepepet

#pikir15menit

#nulis15menit

#kasihsayang

#Maret2AISEIWritingChallenge

 

 

Komentar

  1. Manajemen Konflik dalam pjj memanf harus bs diterapakan bu kade

    BalasHapus
  2. Setuju...saya dari sisi orang tua juga mengalami kendala dalam PJJ..perlu komunikasi antara 3 pihak sekolah orangtua dan murid

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer