TUGAS DARI Dr. Jimmy Sapoetra,S.S.Mpd

 

PENGARUH TEKNOLOGI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

 

Hari ini 2 Maret 2021 ada cerita dan tulisan bersama aisei writing club dengan narasumber Dr.Jimmy Sapoetra,S.S,M.Pd apa daya diriku terlambat mengikuti. Yah……mau bilang apalagi waktu memang terasa cepat berlalu. Tak bisa diatur sesuai keinginan.

Pada gawai ku telusuri berharap ada sedikit informasi tentang materi yang tersampaikan. Akhirnya ku dapat ada PR dari beliau Bapak Dr. Jimmy Sapoetra. Informasi ini di share oleh host kita yang cantik siapa lagi kalau bukan Amadea sitorus, gadis manis yang selalu setia disetiap kegiatan writing club.

Membaca kedua soal dari tugas tersebut, membuat dahi mengkerut – kerut bukan karena gatal , he ..he…he…tapi kayaknya harus banyak berpikir agar tak salah pilihan. Ciah…………………walau tidak bisa hadir, akan berusaha untuk urun pendapat. 

Kehidupan manusia di dunia memang sekarang sangat dibantu dengan adanya kemajuan dibidang teknologi. Jujur saja hampir semua aktivitas kita sangat dimudahkan dengan adanya teknologi. Apa lagi dimasa pandemic seperti sekarang ini, kelangsungan proses belajar mengajarpun sangat tergantung dengan adanya teknologi. Tanpa adanya teknologi tak mungkinlah transfer materi pembelajaran dapat terjadi antara guru dengan murid.

“ Seiring meningkatnya ketergantungan manusia akan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan, kemampuan manusia berpikir untuk diri mereka sendiri semakin menurun.”

 Saya sependapat dengan pernyataan ini.jika kita melihat dari peranan manusia hanya sebagai pengguna dari teknologi.  Mengapa ?.  Tentu muncul pertanyaan seperti itu bukan????

Walaupun teknologi merupakan suatu sarana atau alat hasil ciptaan manusia. Yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dialami manusia. Dibalik kemudahan yang diberikan ada dampak tersendiri yang muncul. Mansusia menjadi terlalu memudahkan semua persoalan yang dialaminya, tidak ingin terlalu repot, semua dianggap mudah serta ingin cepat mendapatkan hasil tanpa bekerja keras. Contoh dalam dunia pendidikan, dimasa pandemi semua proses pembelajaran dilakukan lewat jaringan internet. Sampai penyelesaian soal yang mudahpun peserta didik tidak ingin memikirkannya, mereka lebih mempercayai jawaban yang ada pada internet. Mereka cendrung tidak memberikan kebebasan kemampuan otaknya untuk berpikir. Kenginan untuk mencoba melakukan ekseperimen untuk menemukan sesuatupun enggan dilakukan karena semua telah tersedia dalam teknologi dengan hasil 90% sampai 99% dijamin valid. Ini tentu menjadi ancaman bagi generasi pelajar dalam proses belajar. Adanya kemajuan teknologi membuat manusia lupa bahwa ada proses yang harus dilalui oleh manusia demi keberhasilannya dalam menciptakan suatu alat yang bermanfaat. Dengan kata lain kemajuan teknologi jika tanpa pemahaman yang kuat akan berdampak terkikisnya nilai-nilai karakter dari manusia itu sendiri. Serta hanya akan menghadirkan generasi-genarasi konsumtif.

Demikian pula dengan mereka yang berperanan atau terlibat langsung sebagai penyedia pembaharuan dari teknologi. Mereka aktif dalam perkembangan teknologi selalu mengguunakan daya pikirnya, kejeniusan otaknya dalam berbagai riset demi penemuan sebuah teknologi. Sehingga  lupa memikirkan dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan yang seharusnya melakukan keselarasan terhadap hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan sesame manusia dan hubungannya dengan lingkungan.

Pertanyaan berikutnya tak kalah menariknya yaitu “ Sebuah bangsa harus mewajibkan semua muridnya untuk mempelajari kurikulum nasional yang sama sampai mereka masuk universitas”.

            Menurut saya bisa iya , bisa tidak. Semua tergantung pada jenjang pendidikan dan jurusan yang dipilih setelah perguruan tinggi.

Bisa iya jika untuk pendidikan dasar. Karena dengan adanya kesamaan kurikulum di jenjang pendidikan dasar, maka penanaman konsep pendidikan menjadi sama dan pencapaian hasil belajar diharapkan sama. Sehingga tidak menimbulkan setres pada anak-anak diusia dini dalam belajar. Contoh , jika pada kurikulum SD kelas satu anak baru diwajibkan bisa membaca, maka janganlah di tingkat Paud sudah ada yang mewajibkan anak untuk bisa membaca. Ini akan menjadi dilemma bagi anak yang kurang cepat dalam belajar.

Begitu berada pada jenjang perguruan tinggi hendaknya tidak ada lagi penyamaan kurikulum, karena pada tahap ini sektor pendidikan yang terlibat diharapkan dapat menentukan kurikulumnya dengan inovasinya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Jangan sampai kurikulum yang digunakan suatu perguruan tinggi menghasilkan tamatan yang tidak relevan dengan kebutuhan bidang kerja yang tersedia di masyarakat. Pada jenjang perguruan tinggi diharapkan ada keselarasan antara kurikulum dengan perkembangan teknologi. Tanpa keseimbangan ini suatu bangsa akan tertinggal dengan bangsa lainnya.

 

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer